Aspek - Aspek Employee Engagement
ASPEK-ASPEK EMPLOYEE ENGAGEMENT
Hingga saat ini, hal yang
paling penting dan utama dalam suatu perusahaan atau organisasi adalah sumber
daya manusia. Sumber daya manusia yang dimaksud yakni karyawan. Karyawan
menjadi sumber penting untuk kemajuan dari organisasi. Dengan seiring berkembangnya
jaman, perusahaan atau organisasi tentunya perlu membentuk dan menyiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas, salah satunya dengan membentuk sikap
positif pada karyawan yang dikenal dengan engaged. Menurut Kaliannan dan Adjovu
(2015), employee engagement merupakan sebuah “mesin”
yang mendorong karyawan dalam memanajemen kemampuannya sehingga dapat secara
efektif bertahan dalam berbagai faktor, baik dilingkungan kerja maupun diluar
lingkungan kerja. Karyawan yang engaged akan lebih loyal dalam menjalani
pekerjaannya sehingga kecil kemungkinan untuk meninggalkan organisasi tempat ia
bekerja (Fitriani, 2019). Dibawah ini terdapat beberapa pengertian employee
engagement menurut ahli :
Menurut Kahn (1990), employee engagement merupakan keterlibatan
individu didalam pekerjaannya dengan melibatkan adanya kepuasan
fisik,kognitif,dan emosional selama bekerja
Menurut May, Gilson, dan Harter
(2010), employee engagement merupakan adanya
keterlibatan individu, kepuasan, dan semangat dalam bekerja.
Menurut Schaufeli dan Bakker
(2013), employee engagement merupakan adanya
semangat, rasa antusias, perasaan terikat, dan energi yang dirasakan oleh
karyawan terhadap organisasinya. Sehingga ketika karyawan sudah engaged akan
berusaha menunjukkan seluruh kemampuan terbaiknya untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Menurut Bedarkar dan Pandita
(2014), employee engagement adalah suatu persoalan
yang menjadi perhatian dari pemimpin organisasi dari seluruh dunia yang menjadi
elemen penting untuk efektivitas, daya saing, dan inovasi suatu organisasi.
Faktor yang menyebabkan
terciptanya engagement pada karyawan dijelaskan dalam Teori Dua Faktor (Two
Factor Theory), yang mengatakan bahwa kepuasan bergeser menjadi engagement
memerlukan faktor motivasi untuk menciptakan produktivitas dan memajukan
organisasi (Fitriani, 2019).
Pada artikel kali ini,
saya akan membahas mengenai aspek pengukuran psikologis dari Employee
Engagement. Dimana aspek-aspek ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
penyusunan alat ukur employee engagement. Namun, sebelumnya saya akan
memaparkan terlebih dahulu mengenai prosedur penyusunanan alat ukur psikologi.
Prosedur penyusunan alat ukur psikologi, yaitu (Fitriani, 2020) :
1.
Penetapan Tujuan
Tahap ini
melakukan identifikasi tujuan ukur, dengan menentukan teori serta definisi dari
konstruk teori yang akan dikur
2.
Membatasi Kawasan
Ukur
Tahap ini
memberikan Batasan terkait Kawasan ukur sehingga skala psikologi dapat mengukur
secara komprehensif dan jelas
3.
Menyusun Atribut
dan Indikator Perilaku
Tahap ini peneliti
menetapkan dimensi atau aspek mengenai atribut yang hendak dikur kemudian
menentukan indikator yang berisi mengenai perilaku yang opersional sehingga
bisa diukur
4.
Menyusun Blue
Print
Berisi gambaran
mengenai isi skala
5.
Uji Coba
Tahap ini
dilakukan untuk mengetahui apakah aitem-aitem mudah dipahami atau tidak
6.
Analisis Aitem
Berkaitan dengan
pengujian parameter aitem apakah memiliki validitas,reliabilitas,dan daya beda
yang baik
Aspek-aspek yang akan dibahas didalam artikel ini berkaitan dengan point ke 3. Dalam jurnal yang berjudul Employee Engagement Pada PT PJB yang ditulis oleh Fitriani (2019), penyusunan alat ukur Employee Engagement mengacu pada 10 indikator Engagement, yakni :
Reputasi Budaya
Budaya organisasi yang meliputi adanya kepercayaan, nilai,dan prinsip yang menjadi dasar sistem manajemen dari organisasi. Organisasi yang memiliki budaya yang baik akan mendorong engagement
Manajemen Karir
Berkaitan dengan pengelolaan dan perencanaan oleh diri karyawan untuk mengembangkan karir
Manajemen Kinerja
Upaya komunikasi yang dilakukan oleh karyawan kepada atasannya untuk meperoleh tujuan perusahaan
Rekognisi
Berkaitan dengan pengahragaan yang diberikan kepada karyawan
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang menyenangkan akan mendorong keterikatan pada karyawan. Lingkungan kerja berkaitan dengan suasana yang ada di sekitar karyawan ketika bekerja. Menurut Firnanda (2021), lingkungan kerja memberikan pengaruh terhadap individu baik secara sosial,fisik,dan psikologis. Lingkungan yang baik akan mempengaruhi kenyamanan karyawan saat bekerja
Kompensasi Benefit
Hal ini turut menjadi indikator dalam engagement. Dimana berkaitan dengan timbal balik atau imbalan dari perusahaan atau organisasi kepada karyawan. Sehingga dapat meningkatkan kepuasan pada karyawan dan menciptkan engagement.
Kepemimpinan
Kepempimpinan turut mengambil peran penting untuk menciptakan engagement pada karyawan. Menurut Rahmah (2013), peran pemimpin dapat meningkatkan keterikatan pada karyawan, dimana seorang pemimpin perlu mencipatkan iklim kerja tanpa mengalami tekanan. Sehingga dengan begitu, bawahan tidak merasa sebagai suruhan, secara efektif dapat memperkuat perasaan positif karyawan, Selain itu, memberikan motivasi terhadap bawahannya juga penting untuk dilakukan oleh seorang pemimpin
Kerja Sama Tim
Adanya komunikasi yang baik, pemecahan masalah bersama, dan kekompakan dalam mencapai tujuan dapat mempenagruhi engagement pada karyawan sehingga terjalin hubungan yang harmonis yang dapat memperkuat perasaan karyawan untuk bekerja
Pengembangan Karyawan
Berkaitan dengan pengembangan skill atau kemampuan dari karyawan serta mengembangkan moral karyawan. Dari adanya pengembangan karyawan akan menciptakan engaged pada karyawan karena merasa diperhatikan seperti diberikannya suatu pelatihan oleh organisasi atau perusahaan. Pengembangan karyawan dapat memberikan fasilitas dan kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan karirnya. Karyawan yang menjadi kunci terpenting untuk perusahaan mendorong perusahaan untuk melakukan penanganan secara tepat sehingga akan memberikan pengaruh positif terhadap karyawan (Dayona & Rinawati, 2016).
Nilai Kerja
Nilai kerja menjadi
indikator dalam employee engagement. Dimana nilai kerja ini berkaitan
dengan kepercayaan individu dalam bekerja untuk mencapai tujuan dari
pekerjaannya yang dicerminkan dari cara individu dalam bekerja.
Pada penelitian yang
ditulis oleh Fitriani (2019), indikator-indikator tersebut diperoleh dari FGD yang
memberikan gambaran mengenai hal apa saja yang dapat menjadi alat ukur engagement
sehingga memperoleh aitem-aitem yang dapat mengukur atribut tersebut berpedoman
dari Sample Employee Surveys - Sample Engagement Survey Questions. Yang
selanjutnya terbagi kedalam 2 skala yaitu, Skala Kepuasan dan Skala
Kepentingan. Sehingga distribusi skor yang diperoleh dari kedua skala ini
menjadi indeks engagement. Uji
reliabilitas dalam penelitian tersebut sangat baik yaitu sebesar 0,8. Dimna
relibilitas penting untuk dilakukan untuk melihat konsisten hasil dari suatu
tes apabila dilakukan secara berulang. Begitu juga dengan validitas juga
penting untuk dilakukan untuk melihat kesesuaian antara hasil dengan tujuan
dari tes. Dari penelitian tersebut validitas yang diperoleh juga baik. Pada uji
analisis faktor konfirmatori (CFA), adanya kesesuaian respon aitem terhadap
indikator sehingga dapat dinyatakan valid.
Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Yunita dan Arijanto
(2014) berjudul Peningkatan Employee Engagement Pegawai
Perguruan Tinggi X, dimensi atau aspek dari alat ukur Employee Engagement disusun
berdasarkan sumber dari Development Dimensions International (DDI) dan National
Institute of Standards and Technology (NIST). Adapun aspek-aspeknya sebagai
berikut :
1.
Development
Dimensions International
(DDI)
·
Menyelaraskan
upaya dan sinergi
·
Pemberdayaan
·
Kerjasama dan
Kolaborasi
·
Rencana Pengembangan
·
Dukungan dan
Pengakuan
·
Kepuasan dan
Loyalitas
2.
National Institute
of Standards and Technology
(NIST)
·
Peluang yang Sama
dan Perlakuan yang Adil
·
Lingkungan Kerja
Berkinerja Tinggi
·
Pengembangan Karir
dan Pelatihan
·
Dukungan yang
Positif dan Tempat Kerja
·
Mendapatkan Arti
dan Motivasi Pribadi
·
Pemberdayaan dan
Pertanggungjawaban Kinerja
· Hubungan Kekeluargaan yang Baik
Kemudian, terdapat 29
aitem pernyataan yang disusun berdasarkan dimensi atau aspek diatas.
Menggunakan kuesioner sebagai alat ukur dalam pengumpulan data. Dengan hasil
uji reliabilitas yang baik yaitu 0,754 dan aitem-aitem yang valid pada taraf
signifikansi 5% menggunakan korelasi pearson product moment.
Pada penelitian yang
serupa, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Widarnandana (2019), mengenai Penyusunan Skala Work Engagement
Pada Pegawai di Indonesia, aspek pengukuran psikologis dari atribut yang diukur
menggunakan alat ukur dari Utrecht Work Engagement Scale (UWES) yang
berdasarkan teori dari Schaufeli
dan Bakker. Seperti dipaparkan
sebagai berikut :
1.
Vigor
Seseorang memiliki energi
dan stamina yang tinggi ketika bekerja disertai dengan semangat. Adanya
keinginan berusaha sungguh-sungguh ketika bekerja, gigih, dan tekun ketika
sedang melakukan pekerjaan dan resiliensi ketika mengalami kesulitan.
2.
Dedication
Kondisi dimana seseorang
terlibat dengan pekerjaannya dimana dilihat dari adanya antusiasme yang tinggi
terhadap pekerjaannya, perasaan penuh makna, bangga dengan pekerjaannya, ada
rasa tertantang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan memiliki tanggung
jawab terhadap pekerjaannya
3.
Absorption
Kondisi dimana seseorang memiliki minat yang tinggi
terhadap pekerjaannya ditandai dengan adanya perasaan senang dengan
pekerjaannya serta konsentrasi yang tinggi. Kemudian, merasa waktu sangat cepat
berlalu serta sulit melepaskan diri dari pekerjaannya sehingga tidak ingin
melakukan pekerjaan lain.
Yang kemudian tiap-tiap
aspek dibagi kedalam beberapa indikator. Pada aspek vigor, peneliti menetapkan
indikator seperti semangat, resiliensi saat bekerja,ketekunan saat bekerja,
usaha dalam bekerja, dan ketepatan penyelesain tugas. Pada aspek dedication,
peneliti menetapkan indikator seperti rasa antusiasme terhadap pekerjaan,
bangga, inspirasi, dan perasaan tertantang. Sedangkan pada aspek absorption
peneliti menetapkan indikator seperti totalitas dalam bekerja, konsentrasi saat
bekerja, lingkungan kerja yang kondusf, dan betah ketika bekerja. Sehingga
diperoleh sebanyak 52 aitem untuk skala employee engagement. Pertama,
peneliti melakukan uji coba dan melakukan filed test untuk melakukan
pemeriksaan pada aitem favorable dan unfavorable.
Sedangkan pada penelitian
yang dilakukan oleh Balducci, Fraccaroli,
dan Schaufeli (2010) berjudul Psychomteric
Properties Of The Italian Version Of The Utrecht Work Engagement Scale (UWES-9), Employee Engagement mengacu pada 3 dimensi,
yaitu :
1.
Kognitif : adanya
kepercayaan dan dukungan terhadap nilai tujuan organisasi
Hal ini dapat
ditunjukkan dari adanya semangat,rasa antusias terhadap pekerjaannya
2.
Afektif : adanya
rasa memiliki, kebanggaan,dan keterikatan dengan pekerjaan dan organisasi
Hal ini dapat
ditunjukkan dari adanya rasa bangga dengan pekerjaannya dan memberikan pengaruh
positif kepada orang lain
3.
Perilaku : adanya
kemauan bekerja keras dan keinginan untuk menetap di organisasi
Penelitian yang serupa
juga dilakukan oleh Christianty dan
Widhianingtanti (2016), mengenai Burnout Ditinjau Dari Employee
Engagement Pada Karyawan, dimana untuk aspek pengukuran psikologis dari Employee
Engagement menggunakan teori Macey et al yang terbagi kedalam 2 aspek :
1.
Employee
Engagement Feelings
Menyangkut
perasaan karyawan yang terbagi kedalam 4 indikator yaitu Feeling of Urgency, Feeling of Being Focused,
Feeling on Intensity, dan Feeling of Enthusiasm
2.
Employee
Engagement Behavior
Menyangkut mengenai
perilaku karyawan ketika bekerja yang terbagi kedalam 4 indikator yaitu Presistence,
proaktif, perluasan peran, dan perilaku siap berubah.
Berkaitan dengan perilaku
karyawan, employee engagement akan memberikan pengaruh terhadap kesiapan
karyawan untuk berubah lebih baik demi kemajuan organisasi. Perubahan yang
terjadi pada orrganisasi tidak akan terjadi jika bukan dari karyawan yang ingin
berubah. Dimana perubahan dari karyawan muncul jika ada motivasi dan kemauan
yang kuat dari diri karyawan.oleh karena itu, ini merupakan tantangan untuk
organisasi agar dapat memicu respon yang positif dari karyawan yaitu
menciptakan engagement (Zulkarnain
& Hadiyani, 2014).
Sedangkan dari penelitian
yang dilakukan oleh Ramadhan dan Sembiring
(2014), aspek pengukuran psikologis employee engagement menggunakan
Employee
Engagement Survey (EES) Telkom tahun 2012 yang terbagi kedalam 6 dimensi/aspek
yaitu :
1. Kepemimpinan
dan nilai-nilai
2. Pengahrgaan
dan kompensasi
3. Pengembangan
dan peluang masa depan
4. Keseimbangan
kerja
5. Kualitas
pekerjaan
6. Lingkungan
pekerjaan
Sehingga, berdasarkan pemaparan yang
telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa banyak sekali teori-teori yang
berhubungan dengan employee engagement yang dapat digunakan sebagai
pengukuran psikologis dimana hal tersebut dapat bersumber dari
penelitian-penelitian yang ada seperti jurnal maupun dari buku. Dari paparan
yang telah dijelaskan, juga dapat ditarik kesimpulan bahwa employee
engagement memegang peranan yang penting dalam suatu organisasi yang harus
dimiliki oleh karyawan. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Marciano
(dalam Akbar 2013),
employee engagement memberikan keuntungan bagi perusahaan yaitu
mengurangi turnover, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kepuasan
kerja,dan meningkatkan efisiensi.
SUMBER REFERENSI
Akbar, M. R. (2013).
Pengaruh budaya organisasi terhadap employee engagement. Journal of Social
and Indsutry Psychology, 2(1). ( unnes.ac.id )
Balducci, C., Fraccaroli,
F., & Schaufeli, W. B. (2010). Pschomteric properties of the italian
version of the utrecht work engagement scale (UWES-9). Journal of
Psychological Assesment, 26(2). ( Crossreff )
Bedarkar, M., & Pandita,
D. (2014). A study on the drivers of employee engagement impacting employee
performance. Procedia Social and Behavior Sciences, 133. ( Crossreff )
Christianty, T. O. V., & Widhianingtanti, L. T. (2016). Burnout
ditinjau dari employee engagement pada karyawan. Jurnal Psikodinamika, 15(2).
( Ejournal )
Dayona, G., &
Rinawati, N. (2016). Pengaruh pelatihan dan pengembangan karir terhadap
employee engagement di PT Andalan Finance Indonesia. Jurnal Indonesia
Membangun, 15(2). ( Inaba.ac.id )
Firnanda, D. Y. (2021).
Pengaruh perceived organizational support, self efficacy, dan lingkungan kerja
terhadap employee engagement karyawan PT Pesona Arnos Beton. Jurnal Ilmu
Manajemen, 9(3). ( Crossreff )
Fitriani, A. (2019). Employee engagement pada PT PJB. Jurnal
Psikologi, 17(1). ( Crossreff )
Fitriani, A. (2020). Langkah-langkah
penyusunan alat ukur psikologis. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Kahn. (1990).
Psychological Conditions Of Personal Engagement And Disengagement at Work. Journal
Academy of Management, 33(4). ( Crossreff )
Kaliannan, M., & Adjovu,
S. N. (2015). Effective employee engagement and organizational success: a case
study. Procedia Social and Behavior Sciences, 172. ( Crossreff )
May, D., Gilson, R., &
Harter, L. (2010). The psychological conditions of meaningfulness, safety and
availability and the engagement of the human spirit at work. Journal of
Occupational and Organizational Psychology, 77. ( Crossreff )
Rahmah, S. (2013).
Hubungan gaya kepemimpinan transformasional dengan employee engagement. Jurnal
Ilmiah Psikologi, 1(2). ( Ejournal )
Ramadhan, N., &
Sembiring, J. (2014). Pengaruh employee engagement terhadap kinerja karyawan di
Human Capital Center PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Jurnal Manajemen
Indonesia, 14(1). ( Crossreff )
Schaufeli, W. B., &
Bakker, A. B. (2013). Job demands, job resources, and their relationship with
burnout and engagement: a multi- sample study. Journal of Organizational
Behavior, 25. ( Crossreff )
Widarnandana, I. G. D. (2019). Penyusunan skala work engagement pada
pegawai di Indonesia. Jurnal Psikologi Mandala, 3(1). ( Undhirabali.ac.id )
Yunita, Y., &
Arijanto, S. (2014). Peningkatan employee engagement pegawai perguruan tinggi
X. Jurnal Teknologi, 18(1). ( Itenas.ac.id )
Zulkarnain, & Hadiyani, S. (2014). Peranan komitmen organisasi dan
employee engagement terhadap kesiapan karyawan untuk berubah. Jurnal
Psikologi, 41(1). ( Crossreff )
Komentar
Posting Komentar